Rabu, 29 Mei 2013

Terapi Insulin Untuk Penyakit diabetes melitus

Saat ini telah banyak  kemajuan  dalam  pengobatan  diabetes melitus  salah  satunya  dengan  terapi insulin. Penderita  kini  memiliki  harapan  hidup  yang  lebih  besar, tanpa  disertai  komplikasi. Banyak obat-obat oral anti  diabetes bermunculan.  Kini  terapi  insulin  menyerupai  profil  insulin fisiologis  normal.  hasilnya  gula  darah  bisa  terjaga  dengan  baik.
Terapi  insulin  basala  analog  yang  memiliki  kerja  panjang  umumnya  digunakan  sebagai  pilihan   awal  terapi  insulin. insulin  detemir  dan  glargine  lebih dianjurkan,  dibanding  insulin-insulin NPH.  Sebab insulin-insulin  itu memiliki  puncak kerja  yang  relatif  rendah   dan  efeknya  lebi  konsisten  sepanjang  hari.  Sehingga  tidak  beresiko  menyebabkan  hipoglikemia.  Selain  dapat  disuntikan  1 x sehari , Levemir   memiliki  profil  penyerapan  yang  konsisten  pada  setiap  pasien, sehingga  memungkinkan  kenaikan   berat  badan  lebih  rendah  dibanding insulin  lain.
Pilihan  lain  dalam  memulai  terapi  insulin adalah  menggunakan   premix  insulin  Novomix30.  Premix  insulin  dapat  dimulai  1 x sehari  pada  saat makan  terbanyak  biasanya  di suntikan  pada  saat  makan  malam.   Pada  umumnya  premix  insulin  di suntikan   dua  kali.  cara  ini  lebih  nyaman  bagi pasien  dibandingkan   insulin  basal bolus   yang  harus  disuntikan  sehari  4  kali.  Pada pasien  yang  tidak  mencapai  target  dengan  insulin  basal   bisa  diganti  dengan  premix  insulin.
Keuntungan yang mendasar dari penggunaan “insulin” dibandingkan obat antidiabetik oral dalam pengobatan diabetes melitus adalah insulin terdapat di dalam tubuh secara alamiah. Selain itu, pengobatan dengan insulin dapat diberikan sesuai dengan pola sekresi insulin endogen. Sementara itu, kendala utama dalam penggunaan insulin adalah pemakaiannya dengan cara menyuntik dan harganya yang relatif mahal. Namun demikian, para ahli dan peneliti terus mengusahakan penemuan sediaan insulin dalam bentuk bukan suntikan, seperti ini hal sampai bentuk oral agar penggunaannya dapat lebih sederhana dan menyenangkan bagi para pasien penyakit  diabetes melitus.
SuperLutein merupakan hasil karya  negara  Jepang sebuah penemuan  baru  didunia pengobatan  herbal dan  sangat  baik  untuk  pengobatan  diabetes melitus. Lebih dari 1.8 juta orang yang mengkonsumsi Superlutein  telah  merasakan khasiatnya dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Oleh karena itulah tidak mengherankan jika SuperLutein mendapatkan predikat sebagai suplemen no.1 dunia saat ini.
Proses pembuatan SuperLutein sangat jauh berbeda dengan suplemen-suplemen lain pada umumnya. Ia dibuat melalui proses yang tidak terpengaruh oleh udara sehingga fungsi anti oksidannya tidak berkurang sama sekali, Sebab 300 jenis bahan dalam SuperLutein dibuat dalam bentuk cair yang dimasukkan ke dalam kapsul kristal khas dengan teknologi “kristalisasi” (teknologi terkini di Jepang dan AS).  Hal ini sangat jauh berbeda dengan suplemen lainnya yang sangat rentan teroksidasi dengan udara (oksigen).
SuperLutein dibuat dari  ekstrak berbagai macam sayur-sayuran berwarna  hijau & cerah yang terdiri dari 6 jenis caroteniod yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, dan juga mengandung vitamin E, vitamin B, dan DHA. SuperLutein merupakan pilihan tepat dan terbaik bagi masyarakat modern untuk menjaga keseimbangan nutrisi setiap hari. Kini SUPERLUTEIN makanan kesehatan yang mendominasi di negeri Jepang.

Penemuan Obat HIV terbaru


Penemuan yang dipublikasikan di jurnal American Society of Microbiology bulan ini dilatarbelakangi oleh Scripps Research Institue dan Zihlei Chen yang merupakan asisten profesor di A&M University, Texas.
“Senyawa ini bersifat virusidal yang punya kemampuan membunuh virus HIV,” kata Chen seperti dilansir Medical Xpress.
Chen yang mengumumkan penemuan obat penderita HIV pada Kamis (24/11) kemarin tersebut juga mengungkapkan beberapa kelebihan dari senyawa pembunuh virus HIV yang aman untuk manusia ini.
ؠ Saat senyawa ini kontak dengan virus HIV, virus HIV kehilangan material genetik dan rusak. Virus yang sudah ‘terlarut’ tersebut terpapar material genetik HIV-nya (RNA). Dampak dari tak stabilnya RNA ialah virus tak bisa menginfeksi” jelas Chen.
Ø  Hebatnya lagi, senyawa ini langsung menembus protein pada bagian dinding kapsul virus HIV dan langsung menyerang bagian dalamnya. Jika diserang langsung, virus kesulitan berevolusi dan tak bisa mengembangkan resistensi.
Sungguh penemuan yang hebat, meski sebenarnya senyawa pembunuh virus HIV ini tak sengaja ditemukan. Maksud Chen sejatinya adalah menguji tingkat efektivitas daripada senyawa PD 404,182 guna melawan virus Hepatitis C. Tapi ternyata senyawa itu jauh lebih ‘mempan’ terhadap virus HIV. Senyawa ini pun diyakini Chen bisa digunakan sebagai tindakan pencegahan. Pengembangannya bisa berupa gel vagina yang bisa mencegah infeksi HIV saat berhubungan seksual. Bagusnya lagi senyawa itu tetap hidup meski kontak dengan cairan vagina. Semoga pengembangan ini cepat dilakukan agar penderita HIV AIDS bisa segera sembuh.
Selain itu, ditemukan Vaksin sebagai obat yang dapat mencegah HIV/AIDS
Tim peneliti dari Spanyol mengklaim bahwa mereka telah mengembangkan vaksin terapi yang mampu memperlambat pertumbuhan virus HIV sementara waktu. Vaksin yang dibuat dari sel kekebalan tubuh ini dibekukan menggunakan panas dan telah dites pada 36 penderita HIV. “Yang kami lakukan adalah memberikan instruksi pada sistem kekebalan tubuh untuk belajar menghancurkan virus HIV, yang tak bisa dilakukannya secara alami,” ungkap peneliti Felipe Gracia dari Barcelona University’s Hospital Clinic, seperti dilansir oleh NY Daily News .
Vaksin terapi ini adalah suntikan yang digunakan untuk merawat pasien yang telah terinfeksi virus HIV, namun tak bisa digunakan untuk mencegahnya. Suntikan ini aman dan sejauh ini menunjukkan hasil memuaskan pada pasien. Diketahui jumlah virus HIV pada pasien yang menjalani vaksin ini menurun drastis. Meski begitu vaksin ini hanya bisa digunakan untuk sementara waktu.Efek vaksin diketahui menurun setelah penggunaan selama satu tahun. Setelah itu, pasien kembali pada terapi yang mereka dapatkan secara reguler.
Vaksin ini memberikan kesempatan pada pasien untuk hidup tanpa mengonsumsi banyak obat HIV/AIDS seperti yang seharusnya. Meski hanya berlaku sementara waktu, vaksin ini bisa membantu pasien menghemat biaya. Peneliti mengklaim bahwa meski saat ini vaksin yang mereka temukan belum maksimal, namun penemuan ini membuka jalan untuk menemukan obat lain yang bisa mencegah dan menyembuhkan penderita HIV. 

sumber: 


Penggunaan Ultra Sonografi

Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat terutama dalam dunia IT (Informatic Technology). Perkembangan dunia IT berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan perkembengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan aplikasi komputer, salah satunya adalah USG (Ultra sonografi).
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz – 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan “berbahaya” ini kemudian secara luas diterapkan pula untuk penyembuhan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya, terapi untuk penderita arthritis, haemorrhoids, asma, thyrotoxicosis, ulcus pepticum (tukak lambung), elephanthiasis (kaki gajah), dan bahkan terapi untuk penderita angina pectoris (nyeri dada).
Baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendiagnosis suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut disimpulkan berkat hasil eksperimen Karl Theodore Dussik, seorang dokter ahli saraf dari Universitas Vienna, Austria. Bersama dengan saudaranya, Freiderich, seorang ahli fisika, berhasil menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak besar dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat pengirim dan penerima data), hasil pemindaian masih berupa gambar dua dimensi yang terdiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah. Kemudian George Ludwig, ahli fisika Amerika, menyempurnakan alat temuan Dussik.
Tahun 1949, John Julian Wild, ahli bedah Inggris yang bekerja di Medico Technological Research Institute of Minnesota, berkolaborasi dengan John Reid, seorang teknisi dari National Cancer Institute. Mereka melakukan investigasi terhadap sel-sel kanker dengan alat ultrasonik. Beberapa jenis alat yang dibuat untuk kepentingan investigasi tersebut antara lain B-mode ultrasound, transduser/alat pemindai jenis A-mode transvaginal, dan transrectal. Prinsip alat-alat tersebut mengacu pada sistem radar. Oleh sebab itu mereka kemudian menyebutnya sebagai Tissue Radar Machine (mesin radar untuk deteksi jaringan). Beberapa hasil penelitian lanjutan yang cukup penting dalam bidang obstetri ginekologi antara lain ditemukannya metode penentuan ukuran janin (fetal biometry), teknologi transduser/alat pemindai digital, transduser dua dimensi dan tiga dimensi modern penghasil tampilan gambar jaringan yang lebih fokus, dan penentuan jenis kelamin janin dalam kandungan (Fetal Anatomic Sex Assignment/FASA).
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini. Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
Gambar 1. Ultra Sonongraphy

SKEMA CARA KERJA USG
1.        Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.       Monitor
 Monitor yang digunakan dalam USG
3.       Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
PEMERIKSAAN USG (ULTRA SONOGRAPHY)
USG atau Ultrasonografi dalam dunia kedokteran memang bukan barang baru. Toh, kehadirannya terkadang masih menimbulkan kekhawatiran pada sebagian orangtua tentang penggunaan dan manfaatnya. Misalnya, kekhawatiran akan radiasi yang ditimbulkan dari alat tersebut. Beberapa orang bahkan menyangsikan manfaat alat ini mengingat ada satu dua kasus kelainan bayi yang dianggap tak terdeteksi oleh pemeriksaan USG. Belum lagi soal biaya. Beberapa klinik/rumah sakit memang sudah memasukkan biaya USG dalam biaya pemeriksaan kehamilan. Namun cukup banyak juga yang menagih pemeriksaan ini sebagai biaya tersendiri. Kalau pasien yang meminta, mungkin enggak jadi soal. Tapi jika dokter melakukan pemeriksaan USG setiap kali pasien kontrol dan ada biaya tambahan untuk itu, tampaknya ini tidak fair bagi pasien.
Tidak Ada Radiasi
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada ibu hamil. Sebelum ada alat ini, denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16-18 minggu. Sementara dengan USG, pada usia kehamilan 6-7 minggu sudah dapat dideteksi. USG juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan bawaan di usia kehamilan yang lebih awal.
CARA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Pervaginam
- Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam.
- Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
- Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
- Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
- Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
- Tidak menyebabkan keguguran.
2. Perabdominan
Probe USG di atas perut.
- Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
- Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim.
JENIS PEMERIKSAAN USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
- Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
SAAT TEPAT PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan USG wajib semasa kehamilan sebetulnya hanya dua kali, yaitu:
* Saat pertama kali pemeriksaan kehamilan (usia kehamilan berapa pun namun biasanya pada usia kehamilan 10-12 minggu). Pemeriksaan ini dilakukan sebagai skrining awal. Gambaran janin yang masih sekitar 8 cm akan terlihat tampil secara utuh pada layar monitor.
* Usia kehamilan 20-24 minggu sebagai skrining lengkap. Setelah usia kehamilan lebih dari 12 minggu gambaran janin pada layar monitor akan terlihat sebagian-sebagian/tidak secara utuh. Karena alat scan USG punya area yang terbatas, sementara ukuran besar janin sudah bertambah atau lebih dari 8 cm. Jadi, untuk melihat kondisi janin dapat per bagian, misalnya detail muka, detail jantung, detail kaki dan sebagainya.
Selain itu, penggunaan alat USG dapat dilakukan atas dasar indikasi yakni:
* Pemeriksaan USG serial untuk mengukur pertumbuhan berat badan janin.
* Bila perlu pada usia kehamilan 38-42 minggu untuk melihat bagaimana posisi bayi apakah melintang, kepala turun, dan lainnya.
MANFAAT
Trimester I
- Memastikan hamil atau tidak.
- Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
- Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
- Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
- Melakukan penapisan secara menyeluruh.
- Menentukan lokasi plasenta.
- Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
- Menilai kesejahteraan janin.
- Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
- Melihat posisi janin dan tali pusat.
- Menilai keadaan plasenta.
TAK 100% AKURAT
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
* Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG. Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
* Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
* Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
* Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
* Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
* Air ketuban sedikit.
* Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.